RAISE YOUR HAND.

what’s the meaning of love?
i couldnt recall anymore..
i can only fumbled around
without touched it
without saw it
without felt it in my heart

u asked me to give u a chance,
i gave u one
but it’s misplaced
by something called rules of relation

i want love and to be love freely
no one owning each other
but still have togetherness, happiness and sadness
take the good times and accept the bad times
no one in the front and no one left behind
we walk and fall together as one

if u’re agree, raise ur hand and start walk with me..

July 15th 2009
01:27 am
my green room

Z E R 0.

Man, we really don’t know what will come.
A thing that never caught in ur mind suddenly come knockin on ur door.
I never expect any better than what I’ve got yesterday,
but it doesn’t mean that I can accept it all.
What more secret that u’ve got for me, life?
What else gonna be other shocking stories?
What differences will it be?
Nothing.
Zero.
Empty.

Like a blowing bubble that will crash into the wind.
Like a hard rain that will slowly stop.
“Up side down the roller coaster”,
I’ll keep these words in my brain so it will remind me not to be a coward
coz no matter how hard I try to change, fate will come eventually.
Enjoy the show. Yes, enjoy it very much.

Wednesday, July 1, 2009 at 8:54pm

LAGI.. LAGI.. DAN LAGI..

lagi mencoba menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
semua butuh upaya yang keras. tapi, sungguh,PUKULANMU tak mampu jatuhkan aku.

lagi mencoba menepis semua rasa bersalah atas apa yang terlihat kasat mata.
semua ini nyata adanya.
buka mata hati dan rekam semua peristiwa ini.

lagi mencoba mencari tempat dimana bisa mendapat rasa kenyamanan.
tempat bersembunyi dari kebisingan kota.
tempat dimana bisa merebahkan badan dan mengistirahatkan kepala dari rutinitas menjemukan.

lagi mengumpulkan temanteman untuk kusimpan dalam gantungan yang kukalungi.
agar ketika keterasingan menyergap, kudekap kalian dan aku kembali merasa kuat.

MEMBEBASKAN MENGUATKAN.

kamu tau aku kecewa begitu dahsyatnya hari ini?

aku pikir kamu orang yang tak pernah mengkotakkotakkan manusia berdasarkan jenis dan sifatnya.

tidak memberi stempel dijidat dengan tulisan “baik” atau “tidak baik”.

orang bebas yang membebaskan.

orang kuat yang menguatkan.

dan aku tertohok luar biasa bahwa itu kamu, orang 4 tahun yang lalu berbicara denganku dan mengenalkan arti kebebasan yang utuh.

satu yang meleburkan ribuan benang berserabut acak-acakan.

mari bersitegap pada masing-masing kehendak.

bersulang pada titik terang bahwa kita tidak akan dipersatukan.

berdiri pada dua kutub dengan jarak membentang.

menatap pada barisan dinding merah kelam suram.

diam sejenak.

kosongkan pikiran-pikiran kotor kita.

tarik nafas panjang.

hitungan ketiga, lepaskan waktu dalam genggaman.

satu.

dua.

tiga.

serentak lepaskan waktu dalam genggaman.

sebab ia letih menunggu.

sebab ia tak akan bisa lagi menunggu.

sepersekian detik ia melesat membumbung tinggi ke langit hitam.

dia bebas yang membebaskan.

dia kuat yang menguatkan.

dan sekarang mari kita pergi.

aku ke utara, kau ke selatan.

tanpa beban.

ringan…

depok, 27 jan 2009, 23:08

HUJAN SORE INI. (part one)

Pojok kecil gelap, waktu tak teridentifikasi

Rain, waktu sungguh berjalan lamban kemarin. Pagi itu kau bangun dengan keresahan yang mengguncang seluruh badan. Kepala mengisyaratkan sakit tak tertahan, degup jantungmu berdetak kencang.

“Semua akan berjalan seperti biasa” kau yakinkan diri sekalipun kau ragu pada mentari dibalik bingkai jendelamu.

Pojok kamar utama, waktu dini hari

Bunda menadahkan kedua telapak tangan, memanjat selarik doa, lalu merapatkan kedua belah tangan seraya mengucap panjang ”aminn..”

Ia melihatku mengintip dipintu utama, kemudian mendekat perlahan untuk memberikan 2 potong kain putih itu. aku menerima dan memasangkannya pada tubuhku. Aku berirama 2 sujud pada sajadah biru miliknya. Pada akhir gerakan, kulafalkan kalimat yang pernah ia ajarkan padaku sewaktu kecil.

“lindungilah keluarga kami dari segala mara bahaya yang menerpa,, aminn”

Pojok kecil gelap, waktu menunjukkan pukul 8.15 pagi

“Hey, mau kemana?!”

“seperti biasa,”

“tunggu, bukannya kau janji takkan mengulanginya lagi Rain?”

“tenang sajalah, toh aku tak akan berbuat macam-macam”

“Rain!”

“diam!!”

gejolak ini semakin kuat. Tak tertahankan. Serpih kenangan itu menjadi satu-satunya alasan kuat untuk mampir ke dunia yang sempat kau tinggalkan, dunia kecil penuh angan, dunia kecil milikmu. Dibawah sadar, kau tidak rela melepaskannya. Kau simpan diamdiam kepingan memori itu di dasar hati, ketika kau umumkan pada mereka bahwa kau telah terbebas dari ketakutanmu. Kau sampaikan bahwa semua telah berlalu, padahal mimpi buruk itu terus mengusik tidur malammu.
. . . .