25 Januari

Bonie,

mungkin ketika aku sedang mengetik tulisan ini, engkau sedang dikamarmu.
entah mendengarkan lagu, entah berguling-guling tak tentu, entah kau malah sedang terpejam pulas. kemudian aku teringat beberapa minggu yang lalu kau mengeluh padaku;

“aku sebentar lagi 24! kukira aku masih 22!”

aku tertawa terbahak-bahak dan meledekimu penuh semangat. seperti biasa, kau merajuk. kau tak membalas kalimat-kalimat guyonku.

tepat malam nanti, kau genap 24 ya? seperempat abad kurang setahun
umurmu. apa yang telah kau dapati sayang? kau telah lulus dan menjadi
sarjana ekonomi, kau telah bekerja disebuah bank swasta walau acap kali
aku heran dengan pilihanmu ini; menurutku, pekerjaan yang tidak akan aku
jalani adalah menjadi PNS dan bekerja di bank. tidak ada alasan khusus
dibalik itu selain sentimen picisan semata. kau sering bekerja lembur.
dibekali motor oleh papa, kau tancapkan gas pagi-pagi menuju kantor dan
pulang ke rumah larut malam. suatu hari, ketika kau merasa letih sudah
dalam darah, kau mengeluh kepadaku;
“aku capek. dari senin-jumat pergi pagi pulang malam. bahkan sabtu aku
harus kerja juga!.”

aku terdiam sebentar lalu membalas pesannya; “bukannya ini pilihanmu
sendiri?”,

dia membalas; “iya sih, tapi kan capek..”.

“maka jangan mengeluh. kau sudah tau konsekuensi ini dr awal bukan?”

dia membalas lagi; “astagfirullahaladzim, iya bener. aku harus kuat.
dukung aku terus ya?”

aku tak membalas pesan itu, tak perlu. dia pasti tahu aku selalu mendukung apapun yang dia pilih.

Bonie,

mungkin ketika aku meneguk teh panas ini engkau sedang termenung
dikamarmu. entah memikirkan mama yang sedang pergi ke luar kota, entah
memikirkan besok mesti bangun pagi lalu berkerja, entah entah kau malah
sedang terpejam pulas. kemudian aku melesat ke belakang, ke beberapa tahun yang lalu disaat kau lulus SMU dan memutuskan untuk kursus menjelang UMPTN di bandung. saat itu kau menumpang dikamar kos ku yang sempit dan berantakan. awalnya kita tidak begitu dekat ya? aku cenderung intim dengan abang karena mungkin jarak usia kami berdekatan, atau bisa jadi karena terbawa egois kanak-kanak aku memusuhimu yang tiba-tiba hadir disaat aku berjaya
karena merasa paling muda, paling dicinta. ah entah versi mana yang
benar, aku lupa. ketika itu, aku sedang sibuk dengan organisasi kampus. waktuku tersita lebih banyak diluar dibanding harus mengantarmu ke tempat bimbel di
Bandung, atau bahkan sekedar memberi tahu moda transportasi apa yang
aman untuk bepergian. akupun bukan tipikal perempuan yang hobi mengitari
etalase mewah, kau tahu itu. maka kau tak memaksaku untuk menemanimu
pergi ketempat-tempat yang kau ingini. kau tumbuh kembang menjadi gadis
yang mandiri dan supel. aku kaget ketika pulang mendapati kau tengah
nyanyi diiringi gitar oleh salah satu teman kos yang namanya saja belum
kuketahui.

kau tak lulus UMPTN, dan aku tak menyalahimu. aku menyalahi diri sendiri
yang gagal menjadi kakak yang seharusnya membimbing dan mengawasi proses belajar adiknya. ketika kita harus berpisah karena kau kuliah di
Jakarta, ada sejumput ngilu di dada. ah tapi kau tahu aku amat sangat
membenci perpisahan. tak kuanggap kita berpisah, karena aku akan sering
mengunjungimu, janjiku saat itu. sebelum kepindahanmu, aku memberi
sedikit wejangan malam itu:

“bon, ku anggap kau telah dewasa saat ini. menuju hidup mandiri bukan
berarti kau bebas menghalalkan segala cara demi hura-hura. aku tidak
akan pernah melarangmu selama kau jujur akan segala hal. kau mesti minta
pendapatku sebelum melakukan sesuatu. oh dan satu hal lagi, tolong
jangan terlibat dengan narkoba. aku tidak suka. janji?”

kaupun mengangguk menandakan setuju. aku bukan tipikal yang mudah
dikekang, kaupun tahu, dan aku akan menerapkan prinsip yang sama
terhadapmu, asal jangan kau sembunyikan apapun dariku. kau boleh mencoba
segalanya, karena masa muda adalah masa dimana kau melakukan kesalahan
dalam hidupmu. tapi tidak dengan narkoba.

Bonie,

ternyata kau belum tidur malam ini. Haris, sahabatmu yang juga genap 24
malam ini datang memberikan surprise tahunan. sebenarnya sudah tidak
surprise lagi kalau dia datang setiap tanggap 24 januari malam ke rumah
membawakan kue ulang tahun untuk kalian tiup bersama.

bonie dengan kue ulang tahunnya malam ini

bonie dengan kue ulang tahunnya malam ini

Haris, sahabat karib Bonie yang lahir ditanggal, bulan, dan tahun yang sama.

Haris, sahabat karib Bonie yang lahir ditanggal, bulan, dan tahun yang sama.

kira-kira 1 bulan yang lalu aku mimpi, tentang perjalanan kita ke
Jogjakarta di akhir tahun 2008. aku lupa detail mimpi tersebut, yang
kuingat kita berdua berada dalam kereta menuju jogjakarta. penghujung
2008, aku paksa kau yang sedang terbaring lemah untuk mengejar kereta di
stasiun Senen malam hari. alhasil, di kereta ekonomi menuju kota Jogja,
kau hanya mampu bersender pada bahuku. tanganku menggenggam tangamu yang pucat dan beberapa kala aku mengelus kepalamu sambil berucap:

“tahan, sebentar lagi kita sampai.”

dan sesuai dugaan, di Jogjakarta, entah angin mana yang mengenyahkan
sakitmu, kau sembuh. kulit pucatmu terbakar matahari Jogja yang ramah.
kita, dibantu Rio dan Farel, menjelajahi sudut-sudut Jogjakarta. kau
girang begitu kita menancapkan jejak di bekas lahar gunung Merapi, kau
tersenyum lebar saat memasuki museum Ullen Sentalu yang magis dan
terperangah melihat aku yang lahap makan sego kucing dipinggiran jalan.
kau bahkan berteriak-teriak gemas ketika kau tak pernah berhasil mencoba
jalan diantara 2 pohon beringin di alun-alun Jogja.

ah aku rindu, maka aku bermimpi tentang perjalanan kita. ketika aku
mengabarkan mimpiku padamu, kau membalas:

“nanti kita pasti kesana lagi kok :)”

Bonie,

mungkin sekarang kau benar-benar sedang terlelap ditemaramnya lampu
kamarmu, sedang aku masih berjibaku dengan kenangan lampau tentangmu
disini.  puncak dari ketakutanku adalah bulan mei tahun lalu. sehabis kau sidang
sarjana, wisuda, kau mengalami hal paling buruk yang bisa aku bayangkan
saat itu. kau kehilangan orang yang pernah menjadi bagian dari hidupmu.
kalut, sedih, takut, dan murka beradu menggelegak dalam nadimu. aku
tahu, karena aku ada disitu. tak banyak yang bisa kulakukan selain
membelai lembut rambutmu, menggosok pelan punggungmu sambil menunggu kau terlelap. kau kerap bangun di tengah malam lalu nangis diam-diam. kadang
kutendang kantuk agar aku bisa kembali menggosok punggungmu, kadang aku
tak mampu bergerak, kaku, karena tangismu adalah sayatan perih yang membekukan serotonin dalam darahku.

tak sanggup menahan sakit, akhirnya kaupun roboh. malam itu aku terpaksa
menggotongmu menuju rumah sakit terdekat. dadamu sesak, tanganmu kaku,
buliran air jatuh disudut matamu yang lirih. tak ada padanan kata yang
bisa mendeskripsikan perasaanku saat itu. ketika melihat kau yang telah
dibawah pengaruh bius, aku setengah memaki pada diri sendiri. aku lupa
mengajarimu bahwa tubuh akan bereaksi terhadap akar pikiran. kau depresi
kehilangan, sehingga tubuh yang menaungimu ikut tertekan dan akhirnya
tumbang. bait-bait doa kulafal diam-diam: agar kau baik-baik saja, agar
kau segera bangkit dari muram dan kembali menjadi adik kesayanganku yang
padanya aku mau menukar nyawa.

Bonie,

20 menit menuju pergantian hari. menuju pengulangan hari lahirmu.
samar-samar kuingat pertengahan November tahun lalu, pertemuan terakhir
kita di Jambi. kau kini bertransform menjadi muslimah sejati. kau tak
mau keluar kamar tanpa penutup kepala dan baju yang menutup semua aurat. kau tak pernah absen mengaji setelah 5x sujud menghadap tuhan setiap harinya. kau berpuasa senin dan kamis, kadang berbarengan dengan mama, kadang sendirian. pun tak lupa untuk datang ke acara keagamaan yang diadakan masjid Addin didekat rumah.

kadang aku menggodanya dengan panggilan 'Ibu Haji'

kadang aku menggodanya dengan panggilan ‘Ibu Haji’

kau kini tak lagi manja, tanpa diperintah kau kerap menyiapkan makan dan membereskan rumah. padahal dulu, untuk menyuruhmu memegang gagang sapu, membutuhkan beberapa kali teriakan agar kau beranjak dari kasurmu.

Bonie,

aku selalu percaya bahwa kau adalah saudara kembarku karena tak hanya paras yang mirip, kitapun punya ikatan batin yang amat sangat lekat. kau selalu tahu isi kepala batuku, sedang aku selalu tahu bagaimana cara mengajak bekuhatimu berdialog.
dan kini, aku lebih percaya bahwa aku mencintaimu melebihi cintaku pada diriku sendiri. teruslah berputar pada poros hidupku.

bonie & me

bonie & me

Bonie,

jangan pernah takut untuk hidup. karena hidup mengajarkanmu untuk tidak takut pada mati. Dum Spiro Spero: “as long as i breath, I will survive”
tolong injeksi kalimat ini pada keningmu, hingga ketika kau bercermin, kau akan mendapati aku yang sedang tersenyum dan meneriakkan kau untuk segera mengambil gagang sapu.

selamat ulang tahun sayang. masih banyak mimpimu jauh di depan. terus bersiteguh pada apa-apa yang sudah kau amini, karena keputusan yang sudah kau pegang, tak boleh kau patahkan ketika aral melintang. kau tahu kan, aku selalu sayang padamu? 🙂

Jakarta Selatan, 25 januari 2013

-R

2 Comments

  1. Dear Eca, selamat ulang tahun semoga dilimpahin semua kebaikan, kesehatan, kesuksesan, dkk 😀

    Pesen tante cuma satu: Don’t be affraid to be happy, plus :
    ” jangan pernah takut untuk hidup. karena hidup mengajarkanmu untuk tidak takut pada mati. Dum Spiro Spero: “as long as i breath, I will survive”
    *sama wae lah kaya yg Rani tulis :))

    Beruntungnya kalian bisa saling menjaga untuk terus membangun ikatan bathin & kekompakan satu sama lain.

    You did your best for the last couple years, ca. Transisi yang mungkin tante belum tentu bisa lakuin. Pertahankan ya ca.

    Untuk Rani yang tadi nyuekin bbm gue gegara lagi nulis surat ini. Gue cuma bisa bilang…terima kasih! Elo udah bikin gue mewek baca ini. Afuuuuuu :””)))))

    Anyway, I envy you two, and Asu Kaya Kamooh berdua . plus Harris *eaa* :’)

    Sekian dan terima ajakan makan-makan gratisnya.
    xoxo

    Like

    Reply

Leave a comment